The Miracles of The Namiya General Store: Keajaiban Toko Kelontong Namiya –Keigo Higashino



Source: http://surl.li/rbfum

Keajaiban Toko Kelontong Namiya (The Miracles of the Namiya General Store/Namiya Zakkaten No Kiseki (ナミヤ雑貨店の奇蹟))

Penulis                  : Keigo Higashino

Tahun Terbit   : 2020 (Cetakan Pertama)

Penerbit                : Gramedia Pustaka Utama

Alih bahasa          : Faira Ammadea

Ketebalan buku   : 400 halaman; 20 cm

Harga buku          : Rp130.000,00

ISBN                       : 978-602-06-4829-3

ISBN DIGITAL      : 978-602-06-4828-6


Sinopsis:

Novel ini mempersembahkan sebuah perjalanan yang tak terduga melalui waktu dan emosi, mengikatkan pembaca dalam kisah kehidupan yang penuh misteri, konflik batin, dan keputusan yang menentukan. Dari tiga berandalan kelas teri yang menemukan toko kelontong tua yang misterius hingga kisah hidup sang pemilik toko kelontong, setiap karakter menghadapi perjalanan yang menggetarkan hati. Dengan pertukaran surat yang menghubungkan masa lalu dan masa kini, pembaca diajak untuk menggali rahasia-rahasia yang tersembunyi di balik lembaran-lembaran surat. Dengan setiap bab yang membawa lapisan baru ke dalam cerita, novel ini menarik pembaca ke dalam pusaran emosi, keputusan sulit, dan akhirnya, harapan untuk penyelesaian yang memuaskan.


Tokoh dan Penokohan:

  • Atsuya: salah satu dari berandalan nakal yang merampok sebuah rumah, sifatnya tegas, keras kepala, pemarah, blak-blakan, mengutamakan logika tetapi masih peduli, perhatian dan setia kawan terhadap temannya.
  • Shota: sahabat Atsuya yang mengusulkan untuk bersembunyi di toko kelontong Namiya. Meskipun Atsuya keras kepala, Shota dapat mengatasinya dengan kepala yang dingin dan sabar. Ia sangat tertarik dengan hal-hal baru, cerdas, dia yang pertama menyadari ada yang tidak beres dengan situasi yang menimpanya dan memikirkan teori-teori.
  • Kohei: juga bagian dari tiga berandalan kelas teri itu. Ia dicirikan sebagai si gendut yang memiliki sifat lugu dan mudah merasa bersalah, terutama ketika Kohei mendapatkan tatapan intimidasi dari Atsuya. Memiliki keahlian dalam per-bengkel-an mobil tua.
  • Katsuro: merupakan putra sulung dari keluarganya. Ia hidup di lingkungan yang sama dengan tempak toko kelontong Namiya berada. Masa kecilnya dipenuhi dengan curhatannya dengan kakek namiya melalui surat anonim. Katsuro memiliki ketertarikan di bidang musik sejak SMP. Bahkan ketertarikannya itu menjadikan Katsuro memiliki cita-cita sebagai seorang musisi profesional. 
  • Namiya Yuji: Seorang pria lanjut usia yang hidupnya hanya sendirian di sebuah rumah yang masih berada di satu tanah dengan toko kelontong miliknya. Istrinya meninggal akibat penyakit jantung, dan semua anaknya sudah meninggalkan rumahnya.  Ia merasa kesepian karena hal tersebut. Sebagai gantinya, kakek Namiya mengisi waktu kosongnya dengan menjawab surat-surat dari orang anonim yang dikirimkan ke tokonya untuk meminta konsultasi kepadanya. Ia memiliki sifat yang tulus, mudah diajak bercanda (terlihat dari balasan surat konsultasinya yang tak kalah inseng yang dikirim oleh anak-anak), sungguh-sungguh dan serius dalam menanggapi setiap surat konsultasi yang dikirimkan kepadanya.
  • Namiya Takayuki: Merupakan putra dari Namiya-san. Meskipun sudah berkeluarga, Takayuki tetap peduli dengan ayahnya. Takayukilah yang menjalankan wasiat dari ayahnya melalui bantuan cucunya. Takayuki memiliki katakter yang peduli dengan ayahnya, penurut, ia juga selalu membawa ayahnya di dalam setiap keputusan yang Takayuki buat dan tak pernah melupakan ayahnya meskipun sudah memiliki kehidupannya sendiri.
  • Namiya Shungo: Cucu Takayuki yang menuruti permintaan terakhir kakeknya untuk menjalankan wasiat dari ayah kakeknya –Namiya Yuji—meskipun pada awalnya ia sempat ragu.
  • Kosuke: sejak kecil, Kosuke hidup serba berkecukupan. Ayahnya selalu menuruti apapun yang Kosuke butuhkan. Saat itu, ia sangat menyukai band inggris yang bernama The Beatles. Meskipun ia dimanjakan oleh ayahnya, Kosuke tetaplah murah hati dan rendah hati kepada teman-temannya. Kosuke juga memiliki kreativitas yang tinggi, terbukti dari keahliannya dalam membuat pahatan kayu dengan berbagai macam bentuk. 
  • Harumi: seorang anak yatim-piatu. Ayah dan ibunya meninggal akibat kecelakaan pada saat ia berusia lima tahun. Beruntung, Harumi diadopsi oleh keluarga Tamura. Harumi merupakan orang yang bertanggung-jawab, memiliki pikiran yang berorientasi ke masa depan, dan juga memiliki empati yang tinggi meskipun sedikit keras kepala.
  • Shizuko: teman dekat Harumi yang merupakan seorang atlet anggar. Ia memiliki sifat pekerja keras, pantang menyerah, dan juga memiliki empati yang tinggi terhadap sekitarnya.

Latar Cerita

1. Latar Tempat

Di depan deretan pertokoan, di kota kecil, distrik pertokoan, stasiun, toko kelontong Namiya, di ruang tatami, taman Marumitsu. 

2. Latar Waktu

Di dalam novel ini memiliki dua latar waktu utama yang memiliki rentang waktu yang cukup jauh. Pada awal cerita latar waktu sudah dimulai sekitar tahun 2012 (terhitung dari 1979 ditambah tiga puluh tuga tahun berdasarkan keterangan waktu pada novel) kemudian kita akan dibawa ke masa lalu, yaitu pada tahun 1979.

 Adapun beberapa latar waktu yang ditambahkan sebagai keterangan pendukung seperti waktu kelulusan SMP, saat masih duduk di bangku SD, sepuluh tahun lalu, malam ini, tadi pagi, pukul 05.30,  setiap hari, empat puluh tahun yang lalu, dsb.

3. Latar Suasana

Suasana di novel ini rasanya seperti memakan permen nano-nano. Banyak perasaan yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca melalui tokoh. Pada awal cerita novel ini selalu membuat pembaca kebingungan, setelah itu akan membawa suasana yang senang, merasa bernostalgia pada masa kecil kita, dan ada juga perasaan sedih, gelisah, serta kecewa yang dibawakan oleh tokoh seiring berjalannya cerita. Suasana yang terjadi dalam cerita juga dijabarkan dengan jelas oleh sang penulis.

   Berikut akan saya sampaikan beberapa contoh latar suasana serta kutipannya:
  • Kesal: "Sudah kubilang..." Yuji semakin kesal dan mengibas-ngibaskan tangan, Dia menggeleng kesal, Mata Yuji terbelalak dari balik kacamata bacanya.
  • Kaget: "Apa?" Takayuki berseru kaget, tapi sedetik kemudian ia mengerti.
  • Marah: Yuji memasang wajah masam dan memukul permukaan meja.
  • Senang: Yuji tampak bersemangat menjalani kehidupan barunya; Sepertinya dia benar-benar merasa senang karena bisa melihat wajah cucu laki-lakinya setiap hari.
  • Gelisah: Jelas bukan masalah toko yang membuat Yuji gundah, melainkan sesi konsultasi yang selama ini dia lakukan.
  • Sedih: Takayuki memang sedih melihat ayahnya semakin kurus setiap kali datang menjenguk di rumah sakit, tapi setidaknya dia terlihat ceria di atas tempat tidur; Mendengar kata-kata ayahnya yang sudah lanjut usia itu, dada Takayuki terasa bagai ditimpa sesuatu yang berat.

Alur Cerita:

Alur yang digunakan pada novel adalah alur campuran, yang meliputi alur maju dan mundur. Alur maju berada di latar waktu pada tahun 2012 dan alur mundur dikisahkan pada rentang tahun 1970-1980.


Sudut Pandang:

Sudut pandang yang digunakan pada novel ini adalah sudut pandang orang ketiga. Cerita disampaikan dari sudut pandang yang tidak terlibat dalam peristiwa yang sedang berlangsung, dan naratornya menceritakan cerita dari perspektif yang objektif terhadap semua karakter dan peristiwa yang terjadi dalam novel. 

   Dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga, kita diberikan pandangan yang luas terhadap berbagai situasi dan pemikiran dari berbagai karakter dalam cerita. Sehingga kita mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang dinamika antar karakter, serta melihat bagaimana setiap tindakan dan keputusan mempengaruhi alur cerita secara keseluruhan.


Nilai-nilai yang Terkandung:

  • Pengorbanan: pengorbanan yang dilakukan oleh kedua orang tua Kosuke sehingga Kosuke bisa hidup dengan tenang sebagai orang lain. Sang musisi amatir –Katsuro–juga rela mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan seorang anak kecil yang terjebak dalam peristiwa kebakaran.
  • Persahabatan: meskipun sempat terjadi pertengkaran singkat antara Atsuya dengan Kohei dan Shota, Atsuya yang pikirannya sedang kalut itu tetap memikirkan teman-temannya. Atsuya menyempatkan diri untuk mampir ke konbini untuk membeli onigiri dan minuman, mengingat keluhan Kohei yang kelaparan.
  • Empati: Shizuko turut merasakan sedih terhadap para atlet yang sudah bekerja keras sampai terpilih, namun harapan itu pupus karena Jepang memboikot ajang Olimpiade Moskow yang seharusnya akan dilaksanakan dalam waktu dekat.
  • Kekeluargaan: meskipun keluarga Waku sedang berada di masa terpuruknya, mereka masih tetap berusaha untuk mengapung di kapal yang sama untuk berjuang.
  • Keberanian untuk Merelakan: Shizuko berani untuk memulai lembaran baru di hidupnya setelah ia ditinggalkan meninggal oleh pacarnya yang sudah sempat untuk berkomitmen.
  • Kejujuran: mereka yang mengirim surat konsultasi ke toko kelontong selalu jujur dengan kondisi yang sebenarnya mereka hadapi, meskipun beberapa dari mereka sempat ragu untuk menyampaikannya dengan sejujur-jujurnya.

Ringkasan Cerita:

Pada Bab pertama, novel ini menceritakan tentang tiga orang berandalan kelas teri–Atsuya, Shota, dan Kohei—yang baru saja merampok sebuah rumah. Berniat bersembunyi di sebuah toko kelontong tua tak berpenghuni hingga fajar tiba. Belum lama mereka menetap di sana, secara misterius sebuah surat jatuh dari lubang surat di pintu gulung toko. Mereka dilanda dengan kebingungan. Meski begitu, mereka tetap membalas surat yang meminta saran itu dan meletakkannya di kotak susu tua. Secara mengejutkan, datanglah sebuah surat baru, isinya adalah balasan dari surat itu. Mereka cukup kaget, tetapi mereka tetap melanjutkan kegiatan balas-membalas surat itu. Sampai mereka menyadari, bahwa waktu di toko itu tidak berjalan seperti yang seharusnya.

    Cerita masuk ke bab dua, kita dibawa ke 32 tahun yang lalu, tepatnya tahun 1980. Menceritakan tentang bagaimana seorang pria-Katsuro-yang dilanda dengan kegundahan. Apakah ia harus tetap memperjuangkan mimpinya untuk menjadi seorang musisi profesional ataukah menguburnya dalam-dalam dan melanjutkan usaha toko ikan milik keluarganya? Katsuro dibesarkan di lingkungan masyarakat yang sama dengan Namiya. Ia juga mengirimkan surat konsultasi kepada toko kelontong Namiya tentang kegundahan yang ia rasakan. Pada akhir cerita ini, terjadilah sebuah peristiwa besar yang menjadi jawaban atas konflik batin yang telah ia lalui. 

  Di bab ketiga, diceritakan lebih lanjut tentang siapa pemilik toko kelontong Namiya. Bagaimana kehidupan seorang pria lansia yang hidup sendirian di toko kelontong miliknya. Istrinya meninggal akibat penyakit jantung dan semua anaknya sudah meninggalkan rumah sekaligus toko kelontongnya itu. Namiya hidup sendirian. Ia menghabiskan waktunya dengan menerima dan saling balas-membalas surat konsultasi yang dikirim oleh orang-orang. Banyak kejadian menarik, mengejutkan, dan mengharukan yang terjadi. Benang merah dari cerita pada bab-bab sebelumnya sebelumnya pun mulai terikat.

   Di bab keempat, cerita kembali ke masa sekarang –tahun 2012–tetapi tokoh yang diceritakan berubah. Kini mengisahkan tentang seorang pemuda SMP yang menjadi penggemar berat band legendaris, The Beatles. Waku Kosuke, dibesarkan dengan kehidupan yang serba berkecukupan ini membuatnya merasa, bahwa ia selalu bisa menggapai hal-hal setinggi langit, dan cahaya matahari akan selalu menyinarinya. Sayang, dugaannya salah. Hidupnya perlahan berubah. Orang tua Kosuke yang awalnya selalu memanjakan dia juga berubah. Sesekali Kosuke mendengar pertengkaran orang tuanya yang tentu permasalahannya adalah uang. Ide gila yang disusun oleh ayahnya justru membuat Kosuke tambah kebingungan. Kosuke juga menjadi salah seorang yang mengirimkan surat konsultasi kepada toko kelontong Namiya. Sampai di suatu hari, Kosuke memutuskan untuk mengambil jalan hidupnya sendiri.

  Di bab terakhir, bab kelima, sudut pandang kembali ke tiga berandalan kelas teri. Mereka kembali menerima surat konsultasi yang baru. Seorang gadis yang akan segera lulus –Harumi–juga meminta saran kepada toko kelontong Namiya. Kemudian sudut pandang dialihkan kepada sudut pandang Harumi. Ia memutuskan untuk menjadi hostes agar dapat memperoleh penghasilan yang setidaknya lebih besar daripada penghasilan dari kantor. Penghasilannya ingin ia gunakan untuk membalas budinya kedapa keluarga Tamura dan juga Taman Marumitsu. Setelah 33 tahun berlalu, Harumi menjadi pengusaha yang sangat sukses. Kesuksesan tersebut bisa dicapainya setelah Harumi menuruti saran yang tertulis di surat balasan dari toko kelontong Namiya.  Benang-benang merah yang transparan itu mulai terlihat. Mulai dari kisah percintaan Kakek Namiya yang gagal, hingga asal-muasal toko kelontong Namiya, dan hubungannya dengan Taman Marumitsu.


Kelebihan & Kekurangan:

1. Kelebihan

  • Plot yang Rumit: Banyak pembaca menyukai plot yang kompleks dan penuh dengan twist dalam novel ini. Penulis berhasil mempermainkan alur cerita dengan baik sehingga saya dibuat terus tertarik untuk membaca lebih lanjut. 
  • Karakter yang Kompleks: Karakter dalam novel ini dikembangkan dengan baik dan memiliki lapisan-lapisan yang menarik. Setiap karakter memiliki latar belakang dan motifnya sendiri, yang membuat cerita terasa lebih hidup. 
  • Pesan Moral yang Dalam: Novel ini sering kali mengangkat tema moral yang mendalam, seperti kekeluargaan, persahabatan, percintaan, keadilan, penebusan dosa, dan konsep karma. Ini memberikan kedalaman emosional pada cerita dan membuat pembaca merenungkan makna kehidupan. 
  • Gaya Penulisan yang Menarik: Gaya penulisan Higashino sering kali dianggap sederhana namun efektif. Dialog-dialognya punya daya tarik tersendiri dan membuat pembaca terhubung dengan cerita.

2. Kekurangan

  • Fokus yang terlalu tersebar: Novel ini melibatkan beberapa alur cerita dan karakter, yang dapat membuat fokus kita terbagi-bagi dan mengurangi keterlibatan emosional dengan tokoh-tokoh utama.
  • Tidak semua karakter terlalu menonjol: Meskipun ada banyak karakter dalam novel ini, beberapa di antaranya mungkin terasa datar atau kurang terdevelop dengan baik, sehingga sulit bagi kita untuk terhubung atau peduli terhadap mereka.
  • Twist yang terlalu terduga: Meskipun plotnya penuh dengan twist, beberapa pembaca mungkin dapat menebak twist akhir atau terasa bahwa beberapa twist terlalu terduga, sehingga mengurangi kejutan dan ketegangaon dalam membaca.


Kesimpulan & Amanat:

Kesimpulan dari novel Toko Kelontong Namiya" karya Keigo Higashino adalah bahwa kebaikan dan belas kasih memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menyembuhkan luka-luka dan memperbaiki hubungan antarmanusia. Melalui kisah yang penuh dengan twist dan kejutan, novel ini menggambarkan bagaimana tindakan kecil dari orang-orang yang mungkin tidak memiliki hubungan langsung dengan situasi dapat memiliki dampak yang besar dalam kehidupan orang lain.

   Amanat dari novel ini adalah pentingnya untuk selalu membuka hati dan berbagi kasih sayang kepada sesama, terlepas dari perbedaan dan masa lalu yang mungkin dimiliki oleh setiap individu. Pesan moral yang dalam tentang kebaikan, pengampunan, dan penebusan dosa mengajarkan kita untuk tidak hanya melihat orang lain dari sudut pandang kita sendiri, tetapi juga memahami dan menghargai perjalanan hidup mereka.

  Dengan demikian, novel ini mengajarkan kita untuk tidak pernah menyerah pada harapan dan kemampuan untuk berubah, serta untuk selalu membuka diri terhadap belas kasih dan pengampunan, karena itulah yang pada akhirnya membawa kedamaian dan kebahagiaan dalam kehidupan kita.


Disusun oleh: Melitha, XB.

Komentar

Postingan Populer